Apakah Benar Perempuan diciptakan dari Tulang Rusuk?


 http://fc06.deviantart.net/fs71/f/2010/017/1/f/akhwat2_by_qimta.jpg

Surah al-Nisa, ayat 1 menjelaskan 
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
Berbeda dengan keterangan Bible, al-Qur`an sama sekali tidak menyebut penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam. Yang jelas, al-Qur`an hanya menyatakan bahwa manusia diciptakan dari satu jiwa. Ini berarti Adam dan Hawa berasal dari jiwa yang sama. Dalam konteks ini, Sayyid Qutb di dalam kitab tafsirnya mengatakan, masing-masing merupakan dua bagian yang tidak mungkin dipisahkan (shatray al-nafs al-wahidah). Seterusnya, al-Qur`an juga menjelaskan bahwa dari satu jiwa itu diciptalah pasangan bagi Adam, yaitu Hawa. Namun dari keterangan ini, kaum Feminis Muslim kemudian menuduh para ulama Islam telah mengambil kisah penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam dari kisah-kisah Israiliyyat. Sebenarnyanya, tidak dinafikkan bahwa fakta tersebut diambil oleh sebagian besar ulama dari kisah-kisah Israiliyyat.

Membahas Dalil Hadits
Selain dari Israilliyat, para ulama juga bersandar pada beberapa Hadits yang menyebutkan penciptaan Hawa dari tulang rusuk. Meski kemudian dari mereka menerjemahkan Hadits itu secara literal.
Hadist Shahih Bukhari No. 1467 Jilid III 
Dari Abu Hurairah ra., katanya: Rasulullah saw. Bersabda: “Ajarilah wanita itu denganc ara yang sebaik-baiknya, karena sesungguhnya perempuan itu dijadikan dari (serupa) tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang paling bungkuk ialah yang di atas sekali. Jika engkau paksa meluruskannya, niscaya (patah), dan jika engkau biarkan saja, senantiasa ia bungkuk. Sebab itu nasehatilah perempuan itu dengan cara yang sebaik-baiknya!.”
Penjelasan perihal penciptaan Hawa 
Hadist Shahih Muslim No. 1411 berkaitan dengan sifat wanita bagaikan tulang rusuk yang bengkok: Dari Abu Hurairah ra., katanya Rasulullah Saw. bersabda “Wanita itu bagaikan tulang rusuk (bengkok). Bila engkau berusaha meluruskannya, niscaya dia patah, tetapi jika engkau biarkan, engkau dapat bersenang-senang dengannya sekalipun dia tetap bengkok”
Jika dilihat konteksnya, sebab penyebutan hadist di atas atau yang menjadi landasannya adalah pendidikan terhadap wanita dan penataan rumah tangga. Yakni, jika ingin memperbaiki wanita dengan cepat dan tergesa-gesa, niscaya akan akan mematahkan nya. Namun, jika dibiarkan, ia tetap sebagaimana adanya. Dengan demikian, yang hendak dijelaskan oleh hadist di atas bukan penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam. Akan tetapi, untuk menunjukkan bahwa wanita jika dibiarkan dalam kondisinya, ia akan tetap bengkok. Namun, jika berusaha untuk diluruskan dengan cepat, ia akan patah. 
Selanjutnya, penyebutan hadist tersebut dengan redaksi semacam itu memiliki hikmah. Rasul saw. ketika menyebutkannya, beliau berkata, “Dari tulang rusuk.” Kata min (dari) dalam bahasa Arab kadangkala bermakna sebagian dari sesuatu dan kadangkala bermakna penjelasan, artinya dari jenis sesuatu. Karena itu, karena Rasul saw. tidak membatasi persoalan tersebut dengan tegas, maka ia mengandung sejumlah pengertian.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا،فَإِنَّ الْمَرْأََةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ … -وَفِي رِوَايَةٍ- الْمَرْأََةُ كَالضِّلَعِ … (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) 
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri)1, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Apakah memang wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki ataukah hanya penyerupaan sebagaimana ditunjukkan dalam hadits yang kedua?
Jawab: “Zahir hadits menunjukkan bahwa wanita (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam.
Pengertian seperti ini tidaklah menyelisihi hadits lain yang menyebutkan penyerupaan wanita dengan tulang rusuk. Bahkan diperoleh faedah dari hadits yang ada bahwa wanita serupa dengan tulang rusuk. Ia bengkok seperti tulang rusuk karena memang ia berasal dari tulang rusuk. Maknanya, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok maka tidak bisa disangkal kebengkokannya.  Apabila seorang suami ingin meluruskannya dengan selurus-lurusnya dan tidak ada kebengkokan padanya niscaya akan mengantarkan pada perselisihan dan perpisahan. Ini berarti memecahkannya2. Namun bila si suami bersabar dengan keadaan si istri yang buruk, kelemahan akalnya dan semisalnya dari kebengkokan yang ada padanya niscaya akan langgenglah kebersamaan dan terus berlanjut pergaulan keduanya. 
Hal ini diterangkan para pensyarah hadits ini, di antaranya Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fathul Bari (6/368) semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati mereka semua. 
Al-Qadhi rahimahullahu berkata: “Al-Istisha` adalah menerima wasiat, maka makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini adalah aku wasiatkan kalian untuk berbuat kebaikan terhadap para istri maka terimalah wasiatku ini.” (Tuhfatul Ahwadzi) 
Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمَرْأَةََ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ, وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا 
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bersenang-senang dengannya maka engkau bisa bersenang-senang dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.”

 Membahas Pandangan Bibel
Di Dalam Bibel ditegaskan bahwa perempuan (Hawwa/Eva) diciptakan dari tulang rusuk Adam, seperti dapat dilihat pada Kitab Kejadian (Genesis) 1:26-27, 2:18-24, Tradisi Imamat 2:7, 5:1-2. Tradisi Yahwis 2:18-24. Di antaranya yang paling jelas ialah Kitab Kejadian 2:21-23:
"21. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.”
“22. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu.”
“23. Lalu berkatalah manusia itu : “inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku, ia akan di namai perempuan sebab dia di ambil dari laki-laki.”




Pandangan Lain Terhadap Hadist Shahih Bukhari No. 1467 Jilid III
Bunyi Hadits tersebut:
”Dari Abu Hurairah ra. berkata: ‘Telah bersabda Rasulullah Shallalluh ‘alaihi wa salam (SAW), jagalah kaum wanita (dengan baik), sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk (min dil‘) dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah yang teratas, maka jikalau engkau berusaha meluruskannya engkau akan mematahkannya dan jika engkau biarkannya ia akan kekal bengkok, maka jagalah kaum wanita (dengan baik)”.
Hadits tersebut secara harfiyah atau literal artinya, Hawa telah diciptakan oleh Allah SWT dari tulang rusuk. Namun, beberapa persoalan timbul, apakah pemahaman Hadits secara harfiyyah ini betul dan tepat? Mungkinkah yang dimaksudkan dan dikehendaki oleh Nabi SAW adalah makna majazi dan bukan makna haqiqi atau literal?
Tidak ada satu Hadits pun yang merinci tentang penciptaan wanita dari tulang rusuk Adam. Yang pasti, yang ingin disampaikan oleh Rasulullah SAW bukan penciptaan Hawa, tapi memerintahkan supaya lelaki berlemah lembut dalam hubungannya dengan wanita karena kekerasan tidak akan berdampak baik. Demikian juga jika membiarkannya, ia akan merugikan kedua belah pihak. Dengan memahami hakekat wanita yang sedemikian rupa, lelaki hendaklah bersikap lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan mereka. Atas dasar inilah Rasulullah SAW menasihati agar kaum wanita dijaga dengan baik, dan inilah sebenarnyanya mafhum Hadits tersebut.
Selain itu, terdapat berbagai lafaz yang digunakan dalam matan Hadits itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari, Ahmad dan Tirmizi dengan lafaz yang sedikit berbeda. Riwayat Bukhari dalam Sahih Bukhari dan riwayat Muslim menyebut khuliqat min dil’, sedang dalam riwayat Ahmad disebut khuliqna min dil‘. Namun, terdapat juga riwayat Bukhari, Tirmizi dan Imam Ahmad dari musnad Samrah bin Jundub yang berbunyi al-mar’atu ka al-dil‘. Berkaitan dengan Hadits yang kedua ini, Imam Tirmizi mengatakan disampaikan melalui riwayat atau jalan lain yaitu oleh Abu Zar, Samrah dan ‘Aishah.
Jika dianalisa dari segi bahasa, perkataaan min dalam bahasa Arab biasanya bermakna ‘dari’, tetapi kadangkala juga bisa bermakna ‘seperti’ (mitsl).
Persoalannya ialah, apakah qarinah untuk membuktikan bahwa yang dikehendaki dan dimaksudkan Hadits ini (Hadits yang menyebut frasa ka al-dil‘) adalah ‘seperti’ (mitsl) dan bukannya ‘dari’? Jika diambil prinsip dan kaidah bahwa suatu Hadits bisa ditafsiri dengan menggunakan Hadits yang lain, maka makna yang rajih (kuat) bagi Hadits tersebut adalah hakekat penciptaan wanita seperti tulang rusuk (ka al-dil‘), bukan dari tulang rusuk. Oleh karena itu, qarinah atau bukti kesahihan makna ‘seperti’ (mitsl) dalam Hadits ini adalah Hadits sahih yang lain.
Walaupun orang awam biasanya cenderung kepada makna zahir/literal Hadits dan memberi makna dari ‘tulang rusuk’; tetapi karena ada Hadits yang memberi pemahaman yang lebih sempurna, maka makna literal harus diganti dengan metafora atau makna majazi. Penafsiran seperti ini sangat cocok dengan pesan yang ingin disampaikan oleh Rasulullah SAW yaitu adanya persamaan di antara wanita dengan tulang rusuk. Persamaan tersebut dari segi sifat keduanya yang bengkok, melengkung atau tidak lurus, dan lelaki harus menerima keadaan itu dengan hati tanpa mencoba memaksa wanita atau meluruskannya.
Apabila diteliti dengan saksama, kekeliruan yang sering terjadi dalam memahami suatu Hadits ataupun ayat disebabkan oleh sikap selektif dan atomistik. Dalam memahami satu Hadits, seseorang harus bersikap terbuka dan mencoba memahaminya dalam kerangka maqasid syari‘ah (objektif shari‘ah). Demikian juga, seperti juga dalam ilmu tafsir, di dalam ilmu Hadits juga terdapat kaedah menafsirkan Hadits dengan Hadits yang lain. Jadi, jelaslah dari kajian ini bahwa yang dimaksudkan oleh Hadits asal penciptaan wanita bukanlah makna haqiqi dan literal, tetapi makna majazi atau metafora.

Argument Sebagian Ulama Yang Mendukung Penciptaan Dari Tulang  Rusuk
Beberapa ulama yang membenarkan hal ini memiliki argumen,pertama, lafadz min yang terdapat pada kalimat wakhalaqominha zaujaha adalah min tab’idhiyah, yang dengan demikian berarti Hawa diciptakan dari sebagian Adam (nafsun wahidah) . Kedua, berdasarkan Hadits Rasulullah SAW riwayat Bukhari Muslim yang menyebutkan secara eksplisit penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam. Para imam Hadits dan ahlinya dari dulu sampai sekarang juga sepakat akan keshahihan dan kedudukannya sebagai hujjah.
Rasulullah bersabda:
اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأََةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ … -وَفِي رِوَايَةٍ- الْمَرْأََةُ كَالضِّلَعِ … (مُتَّفَقٌ عَلَيْه) 
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri)[1], karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta` yang saat itu diketuai Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz berkata,
“Zahir hadits menunjukkan bahwa wanita (dan yang dimaksudkan di sini adalah Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam. Pengertian seperti ini tidaklah menyelisihi hadits lain yang menyebutkan penyerupaan wanita dengan tulang rusuk. Bahkan diperoleh faedah dari hadits yang ada bahwa wanita serupa dengan tulang rusuk. Ia bengkok seperti tulang rusuk karena memang ia berasal dari tulang rusuk. Maknanya, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok maka tidak bisa disangkal kebengkokannya. Apabila seorang suami ingin meluruskannya dengan selurus-lurusnya dan tidak ada kebengkokan padanya niscaya akan mengantarkan pada perselisihan dan perpisahan. Ini berarti memecahkannya [2].
Namun bila si suami bersabar dengan keadaan si istri yang buruk, kelemahan akalnya dan semisalnya dari kebengkokan yang ada padanya niscaya akan langgenglah kebersamaan dan terus berlanjut pergaulan keduanya. Hal ini diterangkan para pensyarah hadits ini, di antaranya Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (6/368) semoga Allah. Dengan ini diketahuilah bahwa mengingkari penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam tidaklah benar.” (Fatwa no. 20053, kitab Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta`, 17/10)
Catatan: [1] Al-Qadhi berkata: “Al-Istisha` adalah menerima wasiat, maka makna ucapan Nabi n ini adalah aku wasiatkan kalian untuk berbuat kebaikan terhadap para istri maka terimalah wasiatku ini.” (Tuhfatul Ahwadzi)

 Argument Yang Menolak Penciptaan Dari Tulang Rusuk
Sedangkan penentang pengetahuan ini adalah para ulama kontemporer dan para kaum feminis.Diantaranya adalah beberapa ulama Mesir.Ini ada beberapa perkataan ulama-ulama tersebut yg saya dapat dari www.antara.co.id DR Abdul Ghani Shama (Penasihat Menteri Wakaf Mesir) mengatakan bahwa Ibunda Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam adalah keyakinan yang keliru, keduanya diciptakan dari materi yang sama, sedangkan keyakinan yang berkembang selama ini adalah berasal dari "israiliyat" (kisah-kisah yang tidak jelas asalnya).
DR Aminah Nuseir (Guru besar Aqidah dan Filsafat di Universitas Al-Azhar, Kairo) mengatakan bahwa "Banyak kisah tentang penciptaan Hawa, sebagian menyebutkan dari tulang rusuk bengkok Nabi Adam, sebagian kisah menyebutkan dari tulang rusuk lurus. Ada juga yang menyebutkan bahwa saat Nabi Adam terbangun tiba-tiba di sampingnya telah ada Siti Hawa, dan kisah-kisah tersebut tidak ada dasarnya semuanya adalah "israiliyat" yang tidak bisa dijadikan dasar.Akidah Muslim yang benar adalah baik Adam maupun Hawa berasal dari 'nafsun wahidah' (yang satu) yang sangat jelas dipaparkan oleh Al-Qur`an.
Abdul Fatah Asakir (pakar Muslim) mengatakan bahwa "Pendapat sebagian ulama yang menyebutkan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, tidak tepat, karena ia diciptakan dari jenis yang sama, sejumlah hadis yang menjadi sandaran sebahagian ulama tentang Siti Hawa sanadnya (penukil hadis) lemah.
Sedangkan,dari sumber www.hidayatullah.com saya dapatkan adanya pendapat dari kaum feminis di Pakistan :
Riffat Hasan, salah seorang tokoh feminis asal Pakistan, menyatakan bahwa Hadits yang secara eksplisit menyebutkan perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bernilai dhaif dari segi sanad karena dalam hadits tersebut terdapat empat perawi yang tidak dapat dipercaya. Empat perawi tersebut adalah Maisarah al-Asyja’i, Haramalah Ibn Yahya, Zaidah, dan Abu Zinad. Riffat mendasarkan penilaiannya itu kepada adz-Dzahabi dalam kitabnya Mizan al-I’tidal Fi Naqd ar-Rijal.
Dari segi matan, Riffat juga menyatakan bahwa Hadits ini tidak shahih karena bertentangan dengan ayat Al-Qur’an. Ia menilai Hadits tentang tulang rusuk ini bertentangan dengan konsep Al-Qur’an mengenai penciptaan manusia dalam bentuk terbaik (fi ahsani taqwim). Tetapi Riffat tidak menjelaskan secara detail tentang penafsiran fi ahsani taqwin sebagaimana ia gunakan dalil ini untuk melemahkan matan Hadits tentang tulang rusuk.
Namun pernyataan-pernyataan Riffat itu mendapat beberapa tentangan dari sejumlah pihak. Prof. Dr. Yunahar Ilyas dalam tesis masternya menyatakan bahwa Riffat tidak teliti dalam merujuk kitab tersebut. Apabila ada nama perawi yang sama, seorang peneliti harus meneliti perawi mana yang dimaksud. Bisa dengan meneliti nama orang tuanya, nama keluarga, atau melihat siapa murid dan guru-gurunya. Sangat gegabah kalau hanya melihat nama yang sama lalu diputuskan dialah orang yang dimaksud. Sama, keempat perawi Bukhari dan Muslim tersebut tidak pernah didhaifkan oleh adz-Dzahabi, bahkan sebaliknya.
Maisarah yang didhaifkan oleh adz-Dzahabi adalah Maisaroh ibn Abd Rabbih al-Farisi, seorang pemalsu Hadits. Sedangkan Maisarohnya Bukhari dan Muslim adalah Maisarah ibn ‘Imarah al-Asyja’i al-Kufi, bukan yang didhaifkan oleh adz-Dzahabi. Begitu juga tentang Haramalah ibn Yahya oleh adz-Dzahabi sendiri sebelum namanya diberi kode مح yang menurut muhaqqiq-nya kode itu menunjukkan bahwa nama yang berada di depan kode ini termasuk perawi yang tsiqqah. adz-Dzahabi sendiri menilainya sebagai salah seorang imam yang dipercaya.
Zaidah yang didhaifkan oleh Dzahabi adalah: 1. Zaidah ibn Salim yang meriwayatkan dari Imran ibn Umair, 2. Zaidah ibn ar-Riqad yang meriwayatkan dari Ziyad an-Numairi, dan 3. Zaidah lain yang meriwayatkan dari Sa’ad. Zaidah yang terakhir ini didhaifkan oleh Bukhari sendiri. Kalau Bukhari sudah mendhaifkan, mustahil dia akan tetap memakainya. Zaidahnya Bukhari dan Muslim adalah Zaidah ibn Qudamah ats-Tsaqafi, yang tidak didhaifkan oleh adz-Dzahabi. Sedangkan Abu Zinad perawi Bukhari dan Muslim adalah Abdullah ibn Zakwan yang oleh adz-Dzahabi sendiri dinilai Tsiqah Syahir. Padahal dalam al-jarh wa ta’dil ungkapan Tsiqah Syahir ini termasuk kepercayaan yang tinggi.
Pendapat ini mementahkan pernyataan Riffat yg mengatakan bahwa hadist tentang "tulang rusuk" itu dhaif. Sedangkan pernyataan Riffat bahwa matan Hadits ini bertentangan dengan Al-Qur’an terutama dengan ayat fi ahsani taqwim,dapat dimentahkan oleh keterangan Maurice Bucaille dalam bukunya Asal Usul Manusia Menurut Bible, Al-Qur’an dan Sains mengartikan taqwim dengan mengorganisasikan sesuatu dengan cara terencana. Dengan pengertian seperti itu, ayat ini menjelaskan bahwa manusia telah diberi bentuk yang sedemikian terorganisasikan oleh kehendak Tuhan. Bentuk yg terorganisasi oleh kehendak Tuhan itu sangat selaras melalui adanya keseimbangan dan kompleksitas struktur. Oleh Bucaille, ayat ini dikaitkan dengan Surat al-Infithar ayat 7-8, yang artinya, Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan penciptaanmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.
Dari Uraian Bucaille di atas dapat disimpulkan bahwa penciptaan kaum Hawa dari tulang rusuk kaum Adam tidak bertentangan dengan konsep fi ahsani taqwim, karena konsep ini merujuk kepada bentuk tubuh manusia yang selaras setelah diciptakannya, bukan merujuk kepada dari apa dan bagaimana proses penciptaan itu terjadi. Oleh karena itu dari segi matan, Hadits tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk bernilai shahih dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Namun hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa lah tahu hakekat kebenaran penciptaan hawa.

Analisis Masalah Tulang Rusuk
Benarkah Asal Penciptaan Perempuan Dari Tulang Rusuk?
Bila kita membaca buku atau mendengar ceramah berkenaan wanita maka kebiasaan kisah lanjutannya adalah mengenai asal penciptaan perempuan yaitu daripada tulang rusuk lantas mengaitkannya dengan sifat perempuan yang selalu ‘bengkok’ maka si suami hendaklah berhati-hati ‘membetulkannya’ supaya 'tidak patah' yaitu dalam memimpin dan mendidik seorang isteri agar berada di haluan yang betul.
Cerita-cerita seperti ini menunjukkan seakan manusia yang bernama perempuan ini adalah manusia kelas kedua sahaja sedangkan kedatangan Islam telah mengangkat darjat perempuan ke tahap yang sangat mulia.
Perempuan Tidak Berasal Daripada Tulang Rusuk
Sebagaimana kita katakan tadi, kita sering mendengar cerita bahawa Hawa diciptakan daripada tulang rusuk Adam. Sehingga terdapat ungkapan yang mengatakan wanita dijadikan daripada tulang rusuk supaya yang dekat dengan hati dan supaya sering didampingi serta diingati dan bermacam-macam lagi. Begitu juga, hampir semua kitab-kitab tafsir menyebutkan kisah penciptaan Hawa dan menjadi asas kepada ulama tafsir ketika menjelaskan maksud ayat pertama surah al-Nisa’. ( lihat Tafsir at-Tabari, Tafsir al-Baidhawi, al-Kahzin dan lain-lain)
Kenyataannya ialah tidak ada satupun ayat al-Quran dan Hadis Rasulullah s.a.w. yang jelas menyebutkan hakikat penciptaan Hawa. Al-Quran tidak menyebutkan Hawa dicipta daripada Adam tetapi manusia itu dicipta daripada jiwa yang satu. Apa yang disebutkan di dalam al-Quran ialah manusia itu diciptakan daripada jenis yang sama dengannya juga. Seorang manusia tentunya ibu bapanya manusia juga bukan makhluk yang lain.
Abu A`la al-Mawdudi menulis komentar bagi ayat pertama surah al-Nisa’ ini: “Umumnya para pentafsir al-Quran menyebutkan Hawa dicipta daripada tulang rusuk Adam dan Bible juga menyebutkan perkara yang sama.
Kitab Talmud pula menambah bahawa Hawa diciptakan daripada tulung rusuk Adam yang ketiga belas. Tetapi al-Quran tidak menyentuh langsung perkara ini dan hadis-hadis yang dipetik untuk menyokong pandangan ini mempunyai makna yang berbeda dari yang sering difahami.
Oleh itu, perkara yang terbaik ialah membiarkan perkara yang tidak dijelaskan seperti yang terdapat dalam al-Quran dan tidak perlu membuang masa bagi menentukan perinciannya.” ( The Meaning of The Quran, jil. 2 hal. 94)
Menurut al-Mawdudi, hadis-hadis Rasulullah s.a.w. tidak menyatakan perkara yang sebagaimana yang tersebar dalam masyarakat Islam yaitu sebenarnyanya tidak ada satupun hadis baginda s.a.w yang menerangkan asal- usul penciptaan Hawa.
Kaedah yang sebenarnya ialah tidak perlu memberatkan diri dalam menentukan perkara yang Allah s.w.t. tidak menyatakan dengan terang dan jelas. Contohnya, apabila Allah s.w.t. menyebutkan cerita tentang bahtera Nabi Nuh tidak perlu bagi kita untuk menentukan apakah besar dan kapasiasnya atau bahan buatannya.
Perincian itu bukan menjadi maksud penurunan al-Quran. Apa yang penting ialah menjadikan peristiwa tersebut sebagai iktibar pengajaran. Dengan kata lain, al-Quran bukan kitab sejarah atau sains tetapi kitab yang memberi panduan hidup kepada manusia supaya selamat di dunia dan akhirat.
Dalam hal ini Shah Waliyullah menyebutkan dengan jelasnya. Kata beliau ketika mengulas kisah-kisah yang diceritakan oleh al-Quran: “Bukanlah maksud cerita-cerita di dalam al-Quran untuk mengetahui cerita itu sendiri. Maksud sebenarnyanya ialah supaya pembaca memikirkan betapa bahayanya syirik dan kemaksiatan serta hukuman Allah hasil dari perbuatan syirik itu di samping menenangkan hati orang-orang yang ikhlas dengan tibanya pertolongan dan perhatian Allah kepada mereka” (al-`Fawz al-Kabir Fi Usul al-Tafsir, hal. 138)
Mengapa terjadi Kekeliruan Tentang Penciptaan Hawa Ini?
Ada beberapa faktor mengapa berlaku kekeliruan dalam memahami makna sebenarnya ayat ini:

Berpegang Dengan Riwayat Israiliyyat
Fasal yang kedua di dalam Sifr al-Takwin menyebutkan Hawa diciptakan daripada tulang rusuk kiri Nabi Adam ketika baginda sedang tidur. (Tafsir al-Manar, jil. 4, hal. 268.) Disebabkan ada riwayat dalam kitab-kitab yang dahulu, ahli-ahli tafsir terus menganggap ia sebagai sokongan atau pentafsiran kepada al-Quran. Bagaimana mungkin ayat al-Quran ditafsirkan dengan riwayat Israiliyyat padahal penurunan kitab-kitab nabi terdahulu lebih awal lagi daripada al-Quran. Sepatutnya, kitab yang turun kemudianlah yang menjelaskan kitab-kitab yang terdahulu.
Hadis berkenaan perkara ini mempunyai beberapa versi. Antaranya ialah;
·         Perempuan itu diciptakan daripada tulang rusuk
·         Perempuan seperti tulang rusuk.
·         Perempuan adalah tulang rusuk.

Mengkhususkan Keumuman Hadis Tanpa Nas Yang Jelas
Antara kesilapan dan kekeliruan ialah mengkhususkan lafaz hadis yang menyebut perempuan kepada Hawa. Hadis-hadis yang diriwayatkan daripada Rasulullah s.a.w. semuanya dengan jelas menyatakan perempuan dalam bentuk tunggal atau jamak dan tidak ada yang menyebutkan Hawa secara khusus. Jelasnya, para pentafsir menyangka wanita dalam hadis tersebut adalah Hawa tanpa berdasarkan kepada nas yang lain yang menentukan makna yang dikehendaki oleh Rasulullah s.a.w. itu.

Kesalahan Memahami Kata Min من 
Walaupun perkataan min itu memberi arti “daripada”, “punca sesuatu perkara” atau “sebahagian”, kata min juga mempunyai makna lain seperti “untuk menyatakan sebab” dan “menyatakan jenis sesuatu perkara”. Oleh itu, pemakaian huruf ini dalam bahasa Arab adalah luas dan tidak semestinya terikat dengan satu makna sahaja. (lihat, Ibn Hisyam, Mughni al-Labib, jil. 1, hal. 319)
Abu Muslim al-Asfahani mengatakan, maksud menciptakan daripadanya pasangannya ialah menciptakannya dari jenisnya. (lihat Hasyiah Zadah `Ala al-Baidhawi) Ini seperti ayat-ayat al-Quran berikut:
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir. (Surah al-Rum: 21)
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Dialah yang menciptakan langit dan bumi; Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri dan menjadikan dari jenis binatang-binatang ternak pasangan - pasangan (bagi bintang-binatang itu); dengan jalan yang demikian dikembangkan -Nya (zuriat keturunan) kamu semua. Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (ZatNya, sifat-sifatNya dan pentadbiranNya) dan Dialah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat. (Surah al-Syura: 11)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
Dan Allah telah menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagi kamu daripada pasangan-pasangan kamu anak-anak dan cucu dan memberikan rezki kepada kamu daripada benda-benda yang baik. (Surah al-Nahl: 72)
Ayat-ayat ini tidak boleh difahami sebagai isteri-isteri kita itu diciptakan daripada diri atau jasad kita tetapi mestilah difahami sebagai “mereka itu dari jenis yang sama dengan kita”.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang rasul dari jenis kamu, yang amat berat baginya kesusahan kamu, sangat berharap akan keimanan kamu dan sangat kasih serta menyayangi kepada orang-orang yang beriman. (Surah al-Taubah:128)
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya Allah s.w.t. telah memberikan kurniaan yang besar kepada orang-orang yang beriman ketika Dia mengutuskan seorang rasul kepada mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan Kitab dan Hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu berada di dalam kesesatan yang nyata. (Surah Ali Imran: 164.)
Kedua-dua ayat ini dengan jelasnya menyebutkan Rasulullah s.a.w. yang diutuskan kepada kita adalah dari kalangan manusia yang sama seperti kita bukan dari kalangan makhluk yang lain seperti malaikat.
Dengan itu, hadis ini ditafsirkan sebagai sifat dan perasaan perempuan itu daripada jenis yang mudah bengkok.
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : (من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره واستوصوا بالنساء خيرا، فإنهن خلقن من ضلع، وإن أعوج شيء في الضلع أعلاه، فإن ذهبت تقيمه كسرته، وأن تركته لم يزل أعوج، فاستوصوا بالنساء خيرا(
Sesiapa yang beriman dengan Allah dan Hari Akhirat, maka janganlah menyakiti jirannya dan hendaklah dia menjaga wanita dengan sebaik-baiknya kerana sesungguhnya mereka diciptakan daripada tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas, jika kamu berusaha untuk membetulkannya kamu akan mematahkannya, jika kamu terus biarkan begitu ia akan terus bengkok. Oleh itu terimalah pesanan supaya menjaga wanita-wanita dengan baik. (Hadis riwayat al-Bukhari no: 4890)
عن أبي هريرة: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: المرأة كالضلع، إن أقمتها كسرتها.
Perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin memperbetulkannya kamu akan mematahkannya. (Hadis riwayat al-Bukhari 4889).
Hadis ini telah dikemukakan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab al-Nikah bab berlembut dengan wanita. Tujuan al-Bukhari mengemukakan hadis ini ialah untuk menyatakan sifat fitrah wanita bukannya hakikat penciptaan mereka.
Apakah tubuh atau jasad wanita akan mudah patah apabila dikasari oleh orang lain? Tentu sekali tidak.
عن أبي هريرة. قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن المرأة كالضلع. إذا ذهبت تقيمها كسرتها.
Sesungguhnya perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin memperbetulkannya kamu akan mematahkannya. ( Hadis riwayat Muslim no: 1468.)
Hadis ini lebih jelas lagi menyatakan sifat perempuan itu seperti tulang rusuk bukan diciptakan daripada tulang rusuk. Penggunakan partikel kaf ك ini bagi menyatakan persamaan antara perempuan dan tulang rusuk. Sementara ayat yang kedua merupakan sudut persamaan antara kedua-duanya.
Kecenderungan Imam al-Bukhari ketika membuat Tarjamatul Bab di dalam Sahihnya, yaitu:
باب: المداراة مع النساء، وقول النبي صلى الله عليه وسلم: (إنما المرأة كالضلع(
Bab berlembut dengan wanita dan Sabda Nabi s.a.w.: Sebenarnyanya perempuan itu seperti tulang rusuk.
Dengan membuat tajuk begini Imam al-Bukhari tidaklah berpendapat bahawa Hawa itu dijadikan daripada tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Begitu juga di dalam al-Adab al-Mufrad, Imam al-Bukhari mengemukakan riwayat:
إن المرأة ضلع , وإنك إن تريد أن تقيمها تكسرها
Sesungguhnya perempuan itu tulang rusuk. Jika kamu mahu untuk meluruskannya maka kamu akan mematahkannya. (al-Adab al-Mufrad, no: 747)
Apakah hadis ini menyatakan hakikat perempuan itu sebenarnyanya tulang rusuk? Tentu sekali tidak. Hadis ini merupakah satu bentuk tasybih atau perumpamaan yang mempunyai nilai balaghah atau retorik yang tinggi di mana perkataan yang menyatakan persamaan tidak digunakan begitu juga sudut keserupaan tidak disertakan. Ayat yang kedua boleh juga dikatakan sebagai bukti bahawa perkataan tulang rusuk tidak difahami secara harfiah.
Argument yang mendukung Kepada Penafsiran Ini
Penafsiran min bukan dengan makna punca atau asal-usul sesuatu adalah sesuai hadis berikut:
عن أبي قلابة، عن أنس رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان في سفر، وكان غلام يحدو بهن يقال له أنجشة، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (رويدك يا أنجشة سوقك بالقوارير). قال أبو قلابة: يعني النساء
Daripada Abu Qilabah daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah s.a.w. berada dalam satu perjalanan. Ada seorang budak yang dikenali dengan Anjisyah menarik unta yang ditunggangi oleh wanita-wanita. Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: Wahai Anjisyah! Perlahankanlah kerana yang kamu tarik itu ialah botol-botol kaca. Perawi, Abu Qilabah, berkata: Maksudnya ialah wanita-wanita. (Hadis riwayat al-Bukhari no: 5857.)
Rasulullah s.a.w. menggambarkan wanita sebagai golongan yang lembut dari segi perwatakan dan cukup sensitif. Baginda menyebutkan wanita seperti botol-botol kaca yang mudah pecah jika tidak dijaga dan diberi perhatian.

Kesimpulan
Ayat Alquran bukanlah kitab sejarah yang harus menjelaskan semua secara rinci, dan Karena penyebutan “tulang rusuk” dalam hadist Rasul saw. tidak membatasi persoalan tersebut dengan tegas, maka ia mengandung sejumlah pengertian, kondisi ini di perparah dengan masuknya riwayat israilliyat yang di anggap tepat untuk menjelaskan “tulang rusuk” sehingga menjadi pemahaman yang sangat bias untuk kemudian di terima begitu saja oleh kaum muslimin.
Hadis ini perlu difahami secara balaghah yaitu berdasarkan retorik bahasa Arab. Rasulullah s.a.w. menyampaikan pesanan ini dalam bentuk tasybih (perumpamaan) supaya maksud pesanan difahami dengan lebih mendalam. Tegasnya, supaya pendengar lebih peka dan prihatin bukan memberi perhatian kepada makna harfiah.
Rasulullah s.a.w. membuat perumpamaan wanita seperti tulang rusuk bukan bermaksud untuk merendahkan kedudukan mereka tetapi sebagai peringatan kepada kaum lelaki supaya memberi perhatian kepada mereka, melayani mereka dengan baik, mendidik dan menjaga hati mereka. Sama seperti lelaki, wanita sama-sama berperanan untuk menegakkan agama dan menguruskan hal ehwal kehidupan. Dengan pemahaman yang betul tentang hadis-hadis ini maka tertolaklah anggapan bahawa wanita adalah dari kelas kedua kerana kononnya dijadikan daripada orang lelaki yaitu Adam!
Namun bagaimanapun, pendapat sebagian ulama tradisional yang menjustifikasi penciptaan wanita dari tulang rusuk tidak dapat disalahkan secara mutlak, karena zahir sebagian Hadits mengatakan demikian. Bagi ulama tersebut, penciptaan wanita dari tulang rusuk Adam bukan bermakna kerendahan dari segi martabat tetapi merupakan simbol hubungan keduanya yang sangat erat serta saling melengkapi (complementary), sehingga tidak mungkin salah satunya hidup tanpa yang lain.
Perbedaan itu biasa, berbeda dalam menafsirkan makna/kandungan AlQuran dan Hadist haruslah kita jadikan sebagai rahmatan lil alamin,bukan menjadi sebuah bumerang bagi umat Muslim. Janganlah perbedaan itu membuat umat ini bermusuhan, saling menyalahkan, saling tuduh ataupun saling menghakimi. kedua pendapat itu boleh diambil karena masing-masing berdasarkan Hadits. Yang tidak boleh di ambil adalah pendapat yang menolak Hadits ini sama sekali, sama saja dengan menafikan kesahihannya, meski dengan alasan apapun pemikiran ini jelas merupakan pendekatan asing yang tidak ada dalam tradisi Islam.

0 Comment "Apakah Benar Perempuan diciptakan dari Tulang Rusuk?"