Surah al-Nisa, ayat 1 menjelaskan  
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
 dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan 
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan 
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan 
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga 
dan mengawasi kamu.
Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah
 yang dari padanya Adam a.s. diciptakan. Menurut kebiasaan orang Arab, 
apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain 
mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
Berbeda dengan keterangan Bible, al-Qur`an sama sekali tidak menyebut
 penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam. Yang jelas, al-Qur`an hanya 
menyatakan bahwa manusia diciptakan dari satu jiwa. Ini berarti Adam dan
 Hawa berasal dari jiwa yang sama. Dalam konteks ini, Sayyid Qutb di 
dalam kitab tafsirnya mengatakan, masing-masing merupakan dua bagian 
yang tidak mungkin dipisahkan (shatray al-nafs al-wahidah). 
Seterusnya, al-Qur`an juga menjelaskan bahwa dari satu jiwa itu 
diciptalah pasangan bagi Adam, yaitu Hawa. Namun dari keterangan ini, 
kaum Feminis Muslim kemudian menuduh para ulama Islam telah mengambil 
kisah penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam dari kisah-kisah 
Israiliyyat. Sebenarnyanya, tidak dinafikkan bahwa fakta tersebut 
diambil oleh sebagian besar ulama dari kisah-kisah Israiliyyat.
Membahas Dalil Hadits
Selain dari Israilliyat, para ulama juga bersandar pada beberapa 
Hadits yang menyebutkan penciptaan Hawa dari tulang rusuk. Meski 
kemudian dari mereka menerjemahkan Hadits itu secara literal.
Hadist Shahih Bukhari No. 1467 Jilid III 
Dari Abu Hurairah ra., katanya: Rasulullah saw. Bersabda: “Ajarilah wanita itu denganc ara yang sebaik-baiknya, karena sesungguhnya perempuan itu dijadikan dari (serupa) tulang rusuk.
 Dan tulang rusuk yang paling bungkuk ialah yang di atas sekali. Jika 
engkau paksa meluruskannya, niscaya (patah), dan jika engkau biarkan 
saja, senantiasa ia bungkuk. Sebab itu nasehatilah perempuan itu dengan 
cara yang sebaik-baiknya!.”
Penjelasan perihal penciptaan Hawa 
Hadist Shahih Muslim No. 1411 berkaitan dengan sifat wanita bagaikan 
tulang rusuk yang bengkok: Dari Abu Hurairah ra., katanya Rasulullah 
Saw. bersabda “Wanita itu bagaikan tulang rusuk (bengkok).
 Bila engkau berusaha meluruskannya, niscaya dia patah, tetapi jika 
engkau biarkan, engkau dapat bersenang-senang dengannya sekalipun dia 
tetap bengkok”
Jika dilihat konteksnya, sebab penyebutan hadist di atas atau yang 
menjadi landasannya adalah pendidikan terhadap wanita dan penataan rumah
 tangga. Yakni, jika ingin memperbaiki wanita dengan cepat dan 
tergesa-gesa, niscaya akan akan mematahkan nya. Namun, jika dibiarkan, 
ia tetap sebagaimana adanya. Dengan demikian, yang hendak dijelaskan oleh hadist di atas bukan penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam.
 Akan tetapi, untuk menunjukkan bahwa wanita jika dibiarkan dalam 
kondisinya, ia akan tetap bengkok. Namun, jika berusaha untuk diluruskan
 dengan cepat, ia akan patah. 
Selanjutnya, penyebutan hadist tersebut dengan redaksi semacam itu 
memiliki hikmah. Rasul saw. ketika menyebutkannya, beliau berkata, “Dari tulang rusuk.” Kata min (dari) dalam bahasa Arab kadangkala bermakna sebagian dari sesuatu dan kadangkala bermakna penjelasan, artinya dari jenis sesuatu. Karena itu, karena Rasul saw. tidak membatasi persoalan tersebut dengan tegas, maka ia mengandung sejumlah pengertian.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اسْتَوْصُوْا 
بِالنِّسَاءِ خَيْرًا،فَإِنَّ الْمَرْأََةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ … -وَفِي 
رِوَايَةٍ- الْمَرْأََةُ كَالضِّلَعِ … (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) 
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para 
istri)1, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu 
riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Apakah memang wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki ataukah 
hanya penyerupaan sebagaimana ditunjukkan dalam hadits yang kedua?
Jawab: “Zahir hadits menunjukkan bahwa wanita (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam.
Pengertian seperti ini tidaklah menyelisihi hadits lain yang 
menyebutkan penyerupaan wanita dengan tulang rusuk. Bahkan diperoleh 
faedah dari hadits yang ada bahwa wanita serupa dengan tulang rusuk. Ia 
bengkok seperti tulang rusuk karena memang ia berasal dari tulang 
rusuk. Maknanya, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok 
maka tidak bisa disangkal kebengkokannya.  Apabila seorang suami ingin 
meluruskannya dengan selurus-lurusnya dan tidak ada kebengkokan padanya 
niscaya akan mengantarkan pada perselisihan dan perpisahan. Ini berarti 
memecahkannya2. Namun bila si suami bersabar dengan keadaan si istri 
yang buruk, kelemahan akalnya dan semisalnya dari kebengkokan yang ada 
padanya niscaya akan langgenglah kebersamaan dan terus berlanjut 
pergaulan keduanya. 
Hal ini diterangkan para pensyarah hadits ini, di antaranya Al-Hafizh
 Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fathul Bari (6/368) semoga Allah 
Subhanahu wa Ta’ala merahmati mereka semua. 
Al-Qadhi rahimahullahu berkata: “Al-Istisha` adalah menerima wasiat, 
maka makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini adalah aku 
wasiatkan kalian untuk berbuat kebaikan terhadap para istri maka 
terimalah wasiatku ini.” (Tuhfatul Ahwadzi) 
Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ 
الْمَرْأَةََ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى 
طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا 
عِوَجٌ, وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا 
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, 
ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin 
bersenang-senang dengannya maka engkau bisa bersenang-senang dengannya 
namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, 
engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.”
 Membahas Pandangan Bibel
Di Dalam Bibel ditegaskan bahwa perempuan (Hawwa/Eva) diciptakan dari
 tulang rusuk Adam, seperti dapat dilihat pada Kitab Kejadian (Genesis) 
1:26-27, 2:18-24, Tradisi Imamat 2:7, 5:1-2. Tradisi Yahwis 2:18-24. Di 
antaranya yang paling jelas ialah Kitab Kejadian 2:21-23:
"21. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika 
tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup
 tempat itu dengan daging.”
“22. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, 
dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu.”
“23. Lalu berkatalah manusia itu : “inilah dia, tulang dari tulangku 
dan daging dari dagingku, ia akan di namai perempuan sebab dia di ambil 
dari laki-laki.”
Pandangan Lain Terhadap Hadist Shahih Bukhari No. 1467 Jilid III
Bunyi Hadits tersebut:
”Dari Abu Hurairah ra. berkata: ‘Telah bersabda 
Rasulullah Shallalluh ‘alaihi wa salam (SAW), jagalah kaum wanita 
(dengan baik), sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk (min 
dil‘) dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah 
yang teratas, maka jikalau engkau berusaha meluruskannya engkau akan 
mematahkannya dan jika engkau biarkannya ia akan kekal bengkok, maka 
jagalah kaum wanita (dengan baik)”.
Hadits tersebut secara harfiyah atau literal artinya, Hawa telah 
diciptakan oleh Allah SWT dari tulang rusuk. Namun, beberapa persoalan 
timbul, apakah pemahaman Hadits secara harfiyyah ini betul dan tepat? 
Mungkinkah yang dimaksudkan dan dikehendaki oleh Nabi SAW adalah makna 
majazi dan bukan makna haqiqi atau literal?
Tidak ada satu Hadits pun yang merinci tentang penciptaan wanita dari
 tulang rusuk Adam. Yang pasti, yang ingin disampaikan oleh Rasulullah 
SAW bukan penciptaan Hawa, tapi memerintahkan supaya lelaki berlemah 
lembut dalam hubungannya dengan wanita karena kekerasan tidak akan 
berdampak baik. Demikian juga jika membiarkannya, ia akan merugikan 
kedua belah pihak. Dengan memahami hakekat wanita yang sedemikian rupa, 
lelaki hendaklah bersikap lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan 
mereka. Atas dasar inilah Rasulullah SAW menasihati agar kaum wanita 
dijaga dengan baik, dan inilah sebenarnyanya mafhum Hadits tersebut.
Selain itu, terdapat berbagai lafaz yang digunakan dalam matan Hadits
 itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari, Ahmad dan Tirmizi 
dengan lafaz yang sedikit berbeda. Riwayat Bukhari dalam Sahih Bukhari 
dan riwayat Muslim menyebut khuliqat min dil’, sedang dalam riwayat Ahmad disebut khuliqna min dil‘. Namun, terdapat juga riwayat Bukhari, Tirmizi dan Imam Ahmad dari musnad Samrah bin Jundub yang berbunyi al-mar’atu ka al-dil‘. Berkaitan
 dengan Hadits yang kedua ini, Imam Tirmizi mengatakan disampaikan 
melalui riwayat atau jalan lain yaitu oleh Abu Zar, Samrah dan ‘Aishah.
Jika dianalisa dari segi bahasa, perkataaan min dalam bahasa Arab biasanya bermakna ‘dari’, tetapi kadangkala juga bisa bermakna ‘seperti’ (mitsl).
Persoalannya ialah, apakah qarinah untuk membuktikan bahwa yang 
dikehendaki dan dimaksudkan Hadits ini (Hadits yang menyebut frasa ka al-dil‘) adalah ‘seperti’ (mitsl) dan bukannya ‘dari’?
 Jika diambil prinsip dan kaidah bahwa suatu Hadits bisa ditafsiri 
dengan menggunakan Hadits yang lain, maka makna yang rajih (kuat) bagi 
Hadits tersebut adalah hakekat penciptaan wanita seperti tulang rusuk (ka al-dil‘), bukan dari tulang rusuk. Oleh karena itu, qarinah atau bukti kesahihan makna ‘seperti’ (mitsl) dalam Hadits ini adalah Hadits sahih yang lain.
Walaupun orang awam biasanya cenderung kepada makna zahir/literal Hadits dan memberi makna dari ‘tulang rusuk’;
 tetapi karena ada Hadits yang memberi pemahaman yang lebih sempurna, 
maka makna literal harus diganti dengan metafora atau makna majazi.
 Penafsiran seperti ini sangat cocok dengan pesan yang ingin disampaikan
 oleh Rasulullah SAW yaitu adanya persamaan di antara wanita dengan 
tulang rusuk. Persamaan tersebut dari segi sifat keduanya yang bengkok, 
melengkung atau tidak lurus, dan lelaki harus menerima keadaan itu 
dengan hati tanpa mencoba memaksa wanita atau meluruskannya.
Apabila diteliti dengan saksama, kekeliruan yang sering terjadi dalam memahami suatu Hadits ataupun ayat disebabkan oleh sikap selektif dan atomistik.
 Dalam memahami satu Hadits, seseorang harus bersikap terbuka dan 
mencoba memahaminya dalam kerangka maqasid syari‘ah (objektif shari‘ah).
 Demikian juga, seperti juga dalam ilmu tafsir, di dalam ilmu Hadits 
juga terdapat kaedah menafsirkan Hadits dengan Hadits yang lain. Jadi,
 jelaslah dari kajian ini bahwa yang dimaksudkan oleh Hadits asal 
penciptaan wanita bukanlah makna haqiqi dan literal, tetapi 
makna majazi atau metafora.
Beberapa ulama yang membenarkan hal ini memiliki argumen,pertama, 
lafadz min yang terdapat pada kalimat wakhalaqominha zaujaha adalah min 
tab’idhiyah, yang dengan demikian berarti Hawa diciptakan dari sebagian 
Adam (nafsun wahidah) . Kedua, berdasarkan Hadits Rasulullah SAW riwayat
 Bukhari Muslim yang menyebutkan secara eksplisit penciptaan Hawa dari 
tulang rusuk Adam. Para imam Hadits dan ahlinya dari dulu sampai 
sekarang juga sepakat akan keshahihan dan kedudukannya sebagai hujjah.
Rasulullah bersabda:
اسْتَوْصُوْا 
بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأََةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ … -وَفِي
 رِوَايَةٍ- الْمَرْأََةُ كَالضِّلَعِ … (مُتَّفَقٌ عَلَيْه) 
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri)[1], karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta` yang saat itu diketuai Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz berkata,
“Zahir hadits menunjukkan bahwa wanita (dan yang dimaksudkan di sini 
adalah Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam. Pengertian seperti ini 
tidaklah menyelisihi hadits lain yang menyebutkan penyerupaan wanita 
dengan tulang rusuk. Bahkan diperoleh faedah dari hadits yang ada bahwa 
wanita serupa dengan tulang rusuk. Ia bengkok seperti tulang rusuk 
karena memang ia berasal dari tulang rusuk. Maknanya, wanita itu 
diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok maka tidak bisa disangkal 
kebengkokannya. Apabila seorang suami ingin meluruskannya dengan 
selurus-lurusnya dan tidak ada kebengkokan padanya niscaya akan 
mengantarkan pada perselisihan dan perpisahan. Ini berarti memecahkannya
 [2].
Namun bila si suami bersabar dengan keadaan si istri yang buruk, 
kelemahan akalnya dan semisalnya dari kebengkokan yang ada padanya 
niscaya akan langgenglah kebersamaan dan terus berlanjut pergaulan 
keduanya. Hal ini diterangkan para pensyarah hadits ini, di antaranya 
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (6/368) semoga Allah. 
Dengan ini diketahuilah bahwa mengingkari penciptaan Hawa dari tulang 
rusuk Adam tidaklah benar.” (Fatwa no. 20053, kitab Fatawa Al-Lajnah 
Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta`, 17/10)
Catatan: [1] Al-Qadhi berkata: “Al-Istisha` adalah menerima wasiat, 
maka makna ucapan Nabi n ini adalah aku wasiatkan kalian untuk berbuat 
kebaikan terhadap para istri maka terimalah wasiatku ini.” (Tuhfatul 
Ahwadzi)
 Argument Yang Menolak Penciptaan Dari Tulang Rusuk
Sedangkan penentang pengetahuan ini adalah para ulama kontemporer dan
 para kaum feminis.Diantaranya adalah beberapa ulama Mesir.Ini ada 
beberapa perkataan ulama-ulama tersebut yg saya dapat dari www.antara.co.id
 DR Abdul Ghani Shama (Penasihat Menteri Wakaf Mesir) mengatakan bahwa 
Ibunda Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam adalah keyakinan yang keliru, 
keduanya diciptakan dari materi yang sama, sedangkan keyakinan yang 
berkembang selama ini adalah berasal dari "israiliyat" (kisah-kisah yang
 tidak jelas asalnya).
DR Aminah Nuseir (Guru besar Aqidah dan Filsafat di Universitas 
Al-Azhar, Kairo) mengatakan bahwa "Banyak kisah tentang penciptaan Hawa,
 sebagian menyebutkan dari tulang rusuk bengkok Nabi Adam, sebagian 
kisah menyebutkan dari tulang rusuk lurus. Ada juga yang menyebutkan 
bahwa saat Nabi Adam terbangun tiba-tiba di sampingnya telah ada Siti 
Hawa, dan kisah-kisah tersebut tidak ada dasarnya semuanya adalah 
"israiliyat" yang tidak bisa dijadikan dasar.Akidah Muslim yang benar 
adalah baik Adam maupun Hawa berasal dari 'nafsun wahidah' (yang satu) 
yang sangat jelas dipaparkan oleh Al-Qur`an.
Abdul Fatah Asakir (pakar Muslim) mengatakan bahwa "Pendapat sebagian
 ulama yang menyebutkan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, tidak tepat, 
karena ia diciptakan dari jenis yang sama, sejumlah hadis yang menjadi 
sandaran sebahagian ulama tentang Siti Hawa sanadnya (penukil hadis) 
lemah.
Sedangkan,dari sumber www.hidayatullah.com saya dapatkan adanya pendapat dari kaum feminis di Pakistan :
Riffat Hasan, salah seorang tokoh feminis asal Pakistan, menyatakan 
bahwa Hadits yang secara eksplisit menyebutkan perempuan diciptakan dari
 tulang rusuk yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bernilai dhaif 
dari segi sanad karena dalam hadits tersebut terdapat empat perawi yang 
tidak dapat dipercaya. Empat perawi tersebut adalah Maisarah al-Asyja’i,
 Haramalah Ibn Yahya, Zaidah, dan Abu Zinad. Riffat mendasarkan 
penilaiannya itu kepada adz-Dzahabi dalam kitabnya Mizan al-I’tidal Fi 
Naqd ar-Rijal.
Dari segi matan, Riffat juga menyatakan bahwa Hadits ini tidak shahih
 karena bertentangan dengan ayat Al-Qur’an. Ia menilai Hadits tentang 
tulang rusuk ini bertentangan dengan konsep Al-Qur’an mengenai 
penciptaan manusia dalam bentuk terbaik (fi ahsani taqwim). Tetapi 
Riffat tidak menjelaskan secara detail tentang penafsiran fi ahsani 
taqwin sebagaimana ia gunakan dalil ini untuk melemahkan matan Hadits 
tentang tulang rusuk.
Namun pernyataan-pernyataan Riffat itu mendapat beberapa tentangan 
dari sejumlah pihak. Prof. Dr. Yunahar Ilyas dalam tesis masternya 
menyatakan bahwa Riffat tidak teliti dalam merujuk kitab tersebut. 
Apabila ada nama perawi yang sama, seorang peneliti harus meneliti 
perawi mana yang dimaksud. Bisa dengan meneliti nama orang tuanya, nama 
keluarga, atau melihat siapa murid dan guru-gurunya. Sangat gegabah 
kalau hanya melihat nama yang sama lalu diputuskan dialah orang yang 
dimaksud. Sama, keempat perawi Bukhari dan Muslim tersebut tidak pernah 
didhaifkan oleh adz-Dzahabi, bahkan sebaliknya.
Maisarah yang didhaifkan oleh adz-Dzahabi adalah Maisaroh ibn Abd 
Rabbih al-Farisi, seorang pemalsu Hadits. Sedangkan Maisarohnya Bukhari 
dan Muslim adalah Maisarah ibn ‘Imarah al-Asyja’i al-Kufi, bukan yang 
didhaifkan oleh adz-Dzahabi. Begitu juga tentang Haramalah ibn Yahya 
oleh adz-Dzahabi sendiri sebelum namanya diberi kode مح yang menurut 
muhaqqiq-nya kode itu menunjukkan bahwa nama yang berada di depan kode 
ini termasuk perawi yang tsiqqah. adz-Dzahabi sendiri menilainya sebagai
 salah seorang imam yang dipercaya.
Zaidah yang didhaifkan oleh Dzahabi adalah: 1. Zaidah ibn Salim yang 
meriwayatkan dari Imran ibn Umair, 2. Zaidah ibn ar-Riqad yang 
meriwayatkan dari Ziyad an-Numairi, dan 3. Zaidah lain yang meriwayatkan
 dari Sa’ad. Zaidah yang terakhir ini didhaifkan oleh Bukhari sendiri. 
Kalau Bukhari sudah mendhaifkan, mustahil dia akan tetap memakainya. 
Zaidahnya Bukhari dan Muslim adalah Zaidah ibn Qudamah ats-Tsaqafi, yang
 tidak didhaifkan oleh adz-Dzahabi. Sedangkan Abu Zinad perawi Bukhari 
dan Muslim adalah Abdullah ibn Zakwan yang oleh adz-Dzahabi sendiri 
dinilai Tsiqah Syahir. Padahal dalam al-jarh wa ta’dil ungkapan Tsiqah 
Syahir ini termasuk kepercayaan yang tinggi.
Pendapat ini mementahkan pernyataan Riffat yg mengatakan bahwa hadist
 tentang "tulang rusuk" itu dhaif. Sedangkan pernyataan Riffat bahwa 
matan Hadits ini bertentangan dengan Al-Qur’an terutama dengan ayat fi 
ahsani taqwim,dapat dimentahkan oleh keterangan Maurice Bucaille dalam 
bukunya Asal Usul Manusia Menurut Bible, Al-Qur’an dan Sains mengartikan
 taqwim dengan mengorganisasikan sesuatu dengan cara terencana. Dengan 
pengertian seperti itu, ayat ini menjelaskan bahwa manusia telah diberi 
bentuk yang sedemikian terorganisasikan oleh kehendak Tuhan. Bentuk yg 
terorganisasi oleh kehendak Tuhan itu sangat selaras melalui adanya 
keseimbangan dan kompleksitas struktur. Oleh Bucaille, ayat ini 
dikaitkan dengan Surat al-Infithar ayat 7-8, yang artinya, Yang telah 
menciptakan kamu lalu menyempurnakan penciptaanmu dan menjadikan 
(susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, 
Dia menyusun tubuhmu.
Dari Uraian Bucaille di atas dapat disimpulkan bahwa penciptaan kaum 
Hawa dari tulang rusuk kaum Adam tidak bertentangan dengan konsep fi 
ahsani taqwim, karena konsep ini merujuk kepada bentuk tubuh manusia 
yang selaras setelah diciptakannya, bukan merujuk kepada dari apa dan 
bagaimana proses penciptaan itu terjadi. Oleh karena itu dari segi 
matan, Hadits tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk bernilai 
shahih dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Namun hanya Allah SWT 
yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa lah tahu hakekat kebenaran 
penciptaan hawa.
Analisis Masalah Tulang Rusuk
Benarkah Asal Penciptaan Perempuan Dari Tulang Rusuk?
Bila kita membaca buku atau mendengar ceramah berkenaan wanita maka 
kebiasaan kisah lanjutannya adalah mengenai asal penciptaan perempuan 
yaitu daripada tulang rusuk lantas mengaitkannya dengan sifat perempuan 
yang selalu ‘bengkok’ maka si suami hendaklah berhati-hati 
‘membetulkannya’ supaya 'tidak patah' yaitu dalam memimpin dan mendidik 
seorang isteri agar berada di haluan yang betul.
Cerita-cerita seperti ini menunjukkan seakan manusia yang bernama 
perempuan ini adalah manusia kelas kedua sahaja sedangkan kedatangan 
Islam telah mengangkat darjat perempuan ke tahap yang sangat mulia.
Perempuan Tidak Berasal Daripada Tulang Rusuk
Sebagaimana kita katakan tadi, kita sering mendengar cerita bahawa 
Hawa diciptakan daripada tulang rusuk Adam. Sehingga terdapat ungkapan 
yang mengatakan wanita dijadikan daripada tulang rusuk supaya yang dekat
 dengan hati dan supaya sering didampingi serta diingati dan 
bermacam-macam lagi. Begitu juga, hampir semua kitab-kitab tafsir 
menyebutkan kisah penciptaan Hawa dan menjadi asas kepada ulama tafsir 
ketika menjelaskan maksud ayat pertama surah al-Nisa’. ( lihat Tafsir at-Tabari, Tafsir al-Baidhawi, al-Kahzin dan lain-lain)
Kenyataannya ialah tidak ada satupun ayat al-Quran dan Hadis 
Rasulullah s.a.w. yang jelas menyebutkan hakikat penciptaan Hawa. 
Al-Quran tidak menyebutkan Hawa dicipta daripada Adam tetapi manusia itu
 dicipta daripada jiwa yang satu. Apa yang disebutkan di dalam al-Quran 
ialah manusia itu diciptakan daripada jenis yang sama dengannya juga. 
Seorang manusia tentunya ibu bapanya manusia juga bukan makhluk yang 
lain.
Abu A`la al-Mawdudi menulis komentar bagi ayat pertama surah al-Nisa’
 ini: “Umumnya para pentafsir al-Quran menyebutkan Hawa dicipta daripada
 tulang rusuk Adam dan Bible juga menyebutkan perkara yang sama.
Kitab Talmud pula menambah bahawa Hawa diciptakan daripada tulung 
rusuk Adam yang ketiga belas. Tetapi al-Quran tidak menyentuh langsung 
perkara ini dan hadis-hadis yang dipetik untuk menyokong pandangan ini 
mempunyai makna yang berbeda dari yang sering difahami.
Oleh itu, perkara yang terbaik ialah membiarkan perkara yang tidak 
dijelaskan seperti yang terdapat dalam al-Quran dan tidak perlu membuang
 masa bagi menentukan perinciannya.” ( The Meaning of The Quran, jil. 2 
hal. 94)
Menurut al-Mawdudi, hadis-hadis Rasulullah s.a.w. tidak menyatakan 
perkara yang sebagaimana yang tersebar dalam masyarakat Islam yaitu 
sebenarnyanya tidak ada satupun hadis baginda s.a.w yang menerangkan 
asal- usul penciptaan Hawa.
Kaedah yang sebenarnya ialah tidak perlu memberatkan diri dalam 
menentukan perkara yang Allah s.w.t. tidak menyatakan dengan terang dan 
jelas. Contohnya, apabila Allah s.w.t. menyebutkan cerita tentang 
bahtera Nabi Nuh tidak perlu bagi kita untuk menentukan apakah besar dan
 kapasiasnya atau bahan buatannya.
Perincian itu bukan menjadi maksud penurunan al-Quran. Apa yang 
penting ialah menjadikan peristiwa tersebut sebagai iktibar pengajaran. 
Dengan kata lain, al-Quran bukan kitab sejarah atau sains tetapi kitab 
yang memberi panduan hidup kepada manusia supaya selamat di dunia dan 
akhirat.
Dalam hal ini Shah Waliyullah menyebutkan dengan jelasnya. Kata 
beliau ketika mengulas kisah-kisah yang diceritakan oleh al-Quran: 
“Bukanlah maksud cerita-cerita di dalam al-Quran untuk mengetahui cerita
 itu sendiri. Maksud sebenarnyanya ialah supaya pembaca memikirkan 
betapa bahayanya syirik dan kemaksiatan serta hukuman Allah hasil dari 
perbuatan syirik itu di samping menenangkan hati orang-orang yang ikhlas
 dengan tibanya pertolongan dan perhatian Allah kepada mereka” (al-`Fawz
 al-Kabir Fi Usul al-Tafsir, hal. 138)
Mengapa terjadi Kekeliruan Tentang Penciptaan Hawa Ini?
Ada beberapa faktor mengapa berlaku kekeliruan dalam memahami makna sebenarnya ayat ini:
Berpegang Dengan Riwayat Israiliyyat
Fasal yang kedua di dalam Sifr al-Takwin menyebutkan Hawa 
diciptakan daripada tulang rusuk kiri Nabi Adam ketika baginda sedang 
tidur. (Tafsir al-Manar, jil. 4, hal. 268.) Disebabkan ada riwayat dalam
 kitab-kitab yang dahulu, ahli-ahli tafsir terus menganggap ia sebagai 
sokongan atau pentafsiran kepada al-Quran. Bagaimana mungkin ayat 
al-Quran ditafsirkan dengan riwayat Israiliyyat padahal penurunan 
kitab-kitab nabi terdahulu lebih awal lagi daripada al-Quran. 
Sepatutnya, kitab yang turun kemudianlah yang menjelaskan kitab-kitab 
yang terdahulu.
Hadis berkenaan perkara ini mempunyai beberapa versi. Antaranya ialah;
·         Perempuan itu diciptakan daripada tulang rusuk
·         Perempuan seperti tulang rusuk.
·         Perempuan adalah tulang rusuk.
Mengkhususkan Keumuman Hadis Tanpa Nas Yang Jelas
Antara kesilapan dan kekeliruan ialah mengkhususkan lafaz hadis 
yang menyebut perempuan kepada Hawa. Hadis-hadis yang diriwayatkan 
daripada Rasulullah s.a.w. semuanya dengan jelas menyatakan perempuan 
dalam bentuk tunggal atau jamak dan tidak ada yang menyebutkan Hawa 
secara khusus. Jelasnya, para pentafsir menyangka wanita dalam hadis 
tersebut adalah Hawa tanpa berdasarkan kepada nas yang lain yang 
menentukan makna yang dikehendaki oleh Rasulullah s.a.w. itu.
Kesalahan Memahami Kata Min من
Walaupun perkataan min itu memberi arti “daripada”, “punca sesuatu perkara” atau “sebahagian”, kata min juga mempunyai makna lain seperti “untuk menyatakan sebab” dan “menyatakan jenis sesuatu perkara”.
 Oleh itu, pemakaian huruf ini dalam bahasa Arab adalah luas dan tidak 
semestinya terikat dengan satu makna sahaja. (lihat, Ibn Hisyam, Mughni 
al-Labib, jil. 1, hal. 319)
Abu Muslim al-Asfahani mengatakan, maksud menciptakan daripadanya 
pasangannya ialah menciptakannya dari jenisnya. (lihat Hasyiah Zadah 
`Ala al-Baidhawi) Ini seperti ayat-ayat al-Quran berikut:
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ 
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ 
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan 
rahmatNya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), 
isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan 
hidup mesra dengannya dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) 
perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu 
mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi 
orang-orang yang berfikir. (Surah al-Rum: 21)
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ 
لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا 
يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Dialah yang menciptakan langit dan bumi; Dia menjadikan bagi kamu 
pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri dan menjadikan dari jenis 
binatang-binatang ternak pasangan - pasangan (bagi bintang-binatang 
itu); dengan jalan yang demikian dikembangkan -Nya (zuriat keturunan) 
kamu semua. Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (ZatNya, 
sifat-sifatNya dan pentadbiranNya) dan Dialah Yang Maha Mendengar, lagi 
Maha Melihat. (Surah al-Syura: 11)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ 
أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً 
وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
Dan Allah telah menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis 
kamu sendiri dan menjadikan bagi kamu daripada pasangan-pasangan kamu 
anak-anak dan cucu dan memberikan rezki kepada kamu daripada benda-benda
 yang baik. (Surah al-Nahl: 72)
Ayat-ayat ini tidak boleh difahami sebagai isteri-isteri kita itu 
diciptakan daripada diri atau jasad kita tetapi mestilah difahami 
sebagai “mereka itu dari jenis yang sama dengan kita”.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang rasul dari jenis kamu, 
yang amat berat baginya kesusahan kamu, sangat berharap akan keimanan 
kamu dan sangat kasih serta menyayangi kepada orang-orang yang beriman. 
(Surah al-Taubah:128)
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ 
إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ 
آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ
 كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya Allah s.w.t. telah memberikan kurniaan yang besar kepada
 orang-orang yang beriman ketika Dia mengutuskan seorang rasul kepada 
mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat-Nya 
kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan Kitab dan Hikmah. 
Sesungguhnya mereka sebelum itu berada di dalam kesesatan yang nyata. 
(Surah Ali Imran: 164.)
Kedua-dua ayat ini dengan jelasnya menyebutkan Rasulullah s.a.w. yang
 diutuskan kepada kita adalah dari kalangan manusia yang sama seperti 
kita bukan dari kalangan makhluk yang lain seperti malaikat.
Dengan itu, hadis ini ditafsirkan sebagai sifat dan perasaan perempuan itu daripada jenis yang mudah bengkok.
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
 (من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره واستوصوا بالنساء خيرا، 
فإنهن خلقن من ضلع، وإن أعوج شيء في الضلع أعلاه، فإن ذهبت تقيمه كسرته، 
وأن تركته لم يزل أعوج، فاستوصوا بالنساء خيرا(
Sesiapa yang beriman dengan Allah dan Hari Akhirat, maka janganlah 
menyakiti jirannya dan hendaklah dia menjaga wanita dengan 
sebaik-baiknya kerana sesungguhnya mereka diciptakan daripada tulang 
rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling 
atas, jika kamu berusaha untuk membetulkannya kamu akan mematahkannya, 
jika kamu terus biarkan begitu ia akan terus bengkok. Oleh itu terimalah
 pesanan supaya menjaga wanita-wanita dengan baik. (Hadis riwayat 
al-Bukhari no: 4890)
عن أبي هريرة: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: المرأة كالضلع، إن أقمتها كسرتها.
Perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin memperbetulkannya kamu akan mematahkannya. (Hadis riwayat al-Bukhari 4889).
Hadis ini telah dikemukakan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab 
al-Nikah bab berlembut dengan wanita. Tujuan al-Bukhari mengemukakan 
hadis ini ialah untuk menyatakan sifat fitrah wanita bukannya hakikat 
penciptaan mereka.
Apakah tubuh atau jasad wanita akan mudah patah apabila dikasari oleh orang lain? Tentu sekali tidak.
عن أبي هريرة. قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن المرأة كالضلع. إذا ذهبت تقيمها كسرتها.
Sesungguhnya perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin 
memperbetulkannya kamu akan mematahkannya. ( Hadis riwayat Muslim no: 
1468.)
Hadis ini lebih jelas lagi menyatakan sifat perempuan itu seperti 
tulang rusuk bukan diciptakan daripada tulang rusuk. Penggunakan 
partikel kaf ك ini bagi menyatakan persamaan antara perempuan dan tulang
 rusuk. Sementara ayat yang kedua merupakan sudut persamaan antara 
kedua-duanya.
Kecenderungan Imam al-Bukhari ketika membuat Tarjamatul Bab di dalam Sahihnya, yaitu:
باب: المداراة مع النساء، وقول النبي صلى الله عليه وسلم: (إنما المرأة كالضلع(
Bab berlembut dengan wanita dan Sabda Nabi s.a.w.: Sebenarnyanya perempuan itu seperti tulang rusuk.
Dengan membuat tajuk begini Imam al-Bukhari tidaklah berpendapat bahawa Hawa itu dijadikan daripada tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Begitu juga di dalam al-Adab al-Mufrad, Imam al-Bukhari mengemukakan riwayat:
إن المرأة ضلع , وإنك إن تريد أن تقيمها تكسرها
Sesungguhnya perempuan itu tulang rusuk. Jika kamu mahu untuk 
meluruskannya maka kamu akan mematahkannya. (al-Adab al-Mufrad, no: 747)
Apakah hadis ini menyatakan hakikat perempuan itu sebenarnyanya 
tulang rusuk? Tentu sekali tidak. Hadis ini merupakah satu bentuk 
tasybih atau perumpamaan yang mempunyai nilai balaghah atau retorik yang
 tinggi di mana perkataan yang menyatakan persamaan tidak digunakan 
begitu juga sudut keserupaan tidak disertakan. Ayat yang kedua boleh 
juga dikatakan sebagai bukti bahawa perkataan tulang rusuk tidak 
difahami secara harfiah.
Argument yang mendukung Kepada Penafsiran Ini
Penafsiran min bukan dengan makna punca atau asal-usul sesuatu adalah sesuai hadis berikut:
عن أبي قلابة، عن أنس رضي الله عنه: أن النبي 
صلى الله عليه وسلم كان في سفر، وكان غلام يحدو بهن يقال له أنجشة، فقال 
النبي صلى الله عليه وسلم: (رويدك يا أنجشة سوقك بالقوارير). قال أبو 
قلابة: يعني النساء
Daripada Abu Qilabah daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah s.a.w.
 berada dalam satu perjalanan. Ada seorang budak yang dikenali dengan 
Anjisyah menarik unta yang ditunggangi oleh wanita-wanita. Lalu 
Rasulullah s.a.w. bersabda: Wahai Anjisyah! Perlahankanlah kerana yang 
kamu tarik itu ialah botol-botol kaca. Perawi, Abu Qilabah, berkata: 
Maksudnya ialah wanita-wanita. (Hadis riwayat al-Bukhari no: 5857.)
Rasulullah s.a.w. menggambarkan wanita sebagai golongan yang lembut 
dari segi perwatakan dan cukup sensitif. Baginda menyebutkan wanita 
seperti botol-botol kaca yang mudah pecah jika tidak dijaga dan diberi 
perhatian.
Kesimpulan
Ayat Alquran bukanlah kitab sejarah yang harus menjelaskan semua 
secara rinci, dan Karena penyebutan “tulang rusuk” dalam hadist Rasul 
saw. tidak membatasi persoalan tersebut dengan tegas, maka ia mengandung
 sejumlah pengertian, kondisi ini di perparah dengan masuknya riwayat 
israilliyat yang di anggap tepat untuk menjelaskan “tulang rusuk” 
sehingga menjadi pemahaman yang sangat bias untuk kemudian di terima 
begitu saja oleh kaum muslimin.
Hadis ini perlu difahami secara balaghah yaitu berdasarkan retorik 
bahasa Arab. Rasulullah s.a.w. menyampaikan pesanan ini dalam bentuk 
tasybih (perumpamaan) supaya maksud pesanan difahami dengan lebih 
mendalam. Tegasnya, supaya pendengar lebih peka dan prihatin bukan 
memberi perhatian kepada makna harfiah.
Rasulullah s.a.w. membuat perumpamaan wanita seperti tulang rusuk 
bukan bermaksud untuk merendahkan kedudukan mereka tetapi sebagai 
peringatan kepada kaum lelaki supaya memberi perhatian kepada mereka, 
melayani mereka dengan baik, mendidik dan menjaga hati mereka. Sama 
seperti lelaki, wanita sama-sama berperanan untuk menegakkan agama dan 
menguruskan hal ehwal kehidupan. Dengan pemahaman yang betul tentang 
hadis-hadis ini maka tertolaklah anggapan bahawa wanita adalah dari 
kelas kedua kerana kononnya dijadikan daripada orang lelaki yaitu Adam!
Namun bagaimanapun, pendapat sebagian ulama tradisional yang 
menjustifikasi penciptaan wanita dari tulang rusuk tidak dapat 
disalahkan secara mutlak, karena zahir sebagian Hadits mengatakan 
demikian. Bagi ulama tersebut, penciptaan wanita dari tulang rusuk Adam 
bukan bermakna kerendahan dari segi martabat tetapi merupakan simbol 
hubungan keduanya yang sangat erat serta saling melengkapi 
(complementary), sehingga tidak mungkin salah satunya hidup tanpa yang 
lain.
Perbedaan itu biasa, berbeda dalam menafsirkan makna/kandungan 
AlQuran dan Hadist haruslah kita jadikan sebagai rahmatan lil 
alamin,bukan menjadi sebuah bumerang bagi umat Muslim. Janganlah 
perbedaan itu membuat umat ini bermusuhan, saling menyalahkan, saling 
tuduh ataupun saling menghakimi. kedua pendapat itu boleh diambil karena
 masing-masing berdasarkan Hadits. Yang tidak boleh di ambil adalah 
pendapat yang menolak Hadits ini sama sekali, sama saja dengan menafikan
 kesahihannya, meski dengan alasan apapun pemikiran ini jelas merupakan 
pendekatan asing yang tidak ada dalam tradisi Islam.

 
0 Comment "Apakah Benar Perempuan diciptakan dari Tulang Rusuk?"
Post a Comment